Menulis temuan penelitian

Sebagian orang berpendapat, bagian temuan sebaiknya ditulis dalam satu bab/bagian tersendiri, sebagian yang lain menyatakan bagian ini dapat digabung dengan bab/bagian diskusi. Saya termasuk penganut madzhab yang pertama. Sebelum memilih, silakan periksa tradisi yang biasanya dianut dalam disipilin Anda. Salah satunya dengan melakukan pemindaian terhadap artikel yang sudah diterbitkan, terutama dalam outlet yang bereputasi baik.

Dalam bagian ini, temuan dituliskan berdasar hasil analisis data yang telah dilakukan dan tanpa diinterpretasikan. Tuliskan saja dalam bentuk deskriptif. Bagaimana data dianalisis, sila lirik kembali entri sebelumnya di sini.  

Menuliskan bagian temuan ini seakan-akan tanpa masalah. Namun ternyata tidak demikian kenyataanya. Paradigma penelitian yang digunakan pun akan mempengaruhi bagaimana bagian ini ditulis. Paradigma positivis-nomotetik yang banyak dianut di kalangan akademisi Amerika Utara dan paradigma interpretif-idiografik yang menjadi tradisi di Eropa menuntut hal yang berbeda.

Penelitian positivis
Dalam penelitian positivis yang melibatkan pengujian hipotesis dan survei, bagian temuan dapat berisi beberapa hal berikut. JIka belum dilaporkan dalam bagian metode (ini akan saya bahas dalam entri lain), hasil uji reliabilitas dan validitas instrumen dapat dituliskan dalam bagian ini, termasuk strategi pengumpulan data. Beberapa tabel, terkait dengan uji ini, dan termasuk uji asumsi klasik (jika diinginkan, seperti uji distribusi data, multikolinieritas, heteroskedasitas) dapat ditulis di bagian ini.

Selanjutnya, presentasi deskriptif data dapat dilaporkan. Biasanya dalam bentuk tabel demografik responden. Apa yang biasanya salah dalam menampilkan tabel? berdasar pengamatan saya yang terbatas, kadang penulis terlalu ‘malas’ untuk merangkum tabel dan menyajikan tabel apa adanya dari software analisis statistik, seperti SPSS. Terus terang saya agak ‘mules’ menemukan yang demikian. Logikanya sangat sederhana: lha, kalau penulis saja malas dalam mengambil inti tabel dan menyajikannya dalam bentuk yang enak dibaca dan mudah dipahami, mengapa reviewer atau pembaca harus membacanya. Bagaimana tabel yang baik dibuat? Sila lihat artikel di jurnal yang berkualitas baik.

Jika penelitian Anda juga menguji hipotesis, bagaimana hal itu dilakukan juga perlu dijelaskan, termasuk dengan hasil dari ujinya. Hasil uji bisa berupa tabel hasil analisi korelasi atau regresi (dengan semua varianya, termasuk analisis model struktural atau analisis path dalam SEM atau PLS).

Tentu saja, yang ditambilkan dalam bagian temuan tidak hanya ‘parade’ tabel. Meski tabel seharusnya dapat dipahami tanpa melihat narasi, menyajikan tabel tanpa narasi seperti halnya membaca ‘handsout’ kuliah. Buat narasi yang singkat dan menggambarkan temuan-temuan penting yang ditunjuk dalam tabel. Sekali lagi, tanpa interpretasi temuan dan argumentasi. Anda simpan ini untuk bagian diskusi.

Penelitian interpretif
Bagaimana untuk penelitian interpretif? Strategi sensemaking yang telah dibahas dalam entri sebelumnya dapat membimbing kita dalam bagian ini. Dalam tradisi penelitian ini, meski kualitas narasi merupakan senjata utama, namun jika Anda bisa merangkumnya dalam tabel atau gambar yang representatif akan sangat membantu pembaca dalam memahami tulisan.

Narasi dapat dituliskan dalam beragam cara; diantaranya dikelompokkan berdasar tema atau dalam urutan kejadian. Kalau tujuan penelitian adalah mengidentifikasi faktor penghambat dan pendorong adopsi cloud computing oleh perusahaan besar, misalnya, narasi berdasar tema lebih tepat. Lain halnya jika fokus penelitian adalah melacak ‘sejarah’ implementasi teknologi informasi dalam bidang pengadaan barang/jas di sektor publik (eProcurement), narasi dalam urutan kejadian menjadi lebih tepat. Ini hanya dua kemungkinan strategi narasi, dan keduanya dapat digabungkan. Sebagai contoh, ketika Anda tertarik melihat faktor pendorong dan penghambat adopsi cloud computing dalam beberapa tahap implementasi, mulai dari keputusan adopsi, implementasi teknis, dan seterusnya; kedua strategi dapat digabungkan. Ingat pertanyaan penelitian yang dituliskan di bagian pendahuluan. Seharusnya bagian temuan digunakan untuk menjawa pertanyaan tersebut sebelum diulas lebih lanjut di bagian diskusi.

Memasukkan kutipan hasil wawancara dalam narasi akan sangat menguatkan argumen, selain menunjukkan bukti bahwa hasil interpretasi didukung oleh data. Namun demikian, pilihkan kutipan yang benar-benar mendukung argumen atau klaim yang dituliskan.

Tabel atau gambar dapat berupa kategorisasi tema/konsep, periodisasi kejadian kritis, hubungan antar tema/konsep dengan tema/konsep yang lain, atau mungkin dalam bentuk yang lain. Tabel 2×2 (atau lebih) yang setiap aksisnya menggambarkan ‘variabel’ tertentu juga sering digunakan. Tabel atau gambar ini menjadi sangat penting, ketika kebijakan pengelola jurnal atau konferensi tidak memberikan halaman yang cukup untuk menarasikan temuan. Saya pernah harus ‘berjuang’ memotong artikel dengan panjang 11.500 kata yang diterbitkan dalam prosiding, ke dalam artikel jurnal dengan panjang 5.000 kata. Itu pun masih harus dimasukkan materi baru seperti saran dari reviewer. Dalam kasus ini, tabel dan gambar akan sangat membantu. Saya pernah juga harus memotong empat halaman dari 16 halaman yang sudah ada. Lagi-lagi, selain saya harus menelusur ulang setiap kalimat dan membuatnya lebih efektif, saya juga lakukan dengan merangkum temuan ke dalam tabel.

Sekali lagi, narasi yang dituliskan adalah hasil analisis data, dan jangan diskusikan dahulu di bagian temuan. Tuliskan interpretasi dan argumentasi dalam bagian diskusi.

Kristiansand, 10 Oktober 2012

12 comments
  1. Mitra Unik said:

    Asalamualikum…
    pak saya ingin bertanya,
    Untuk menulis temuan penelitian ada beberapa metode yang dapat digunakan yaitu Penelitian Positive (Penelitain sosial), penelitian Interventif (peristiwa dari pengalaman objek penelitian).
    pertanyaan saya, apakah pendekatan ini sifatnya kita bisa memilih dalam menulis temuan penelitian atau penggunaan pendekatan disesuai dari penelitian kita??

    oa pak saya pernah membaca sebuah artikel, selain pendekatan 2 diatas masih ada 1 lagi pendekatan yang disebut dengan “pendekatan Kritikal”..
    boleh request tulisan yang fokus membahas pendekatan2 dalam menulis temuan penelitian pak.. 🙂 terimaksih
    wasalmualikum…

    • Fathul Wahid said:

      Wa’alaikumussalam Mas Unik, Betul, dalam tradisi sistem informasi, selain penelitian positivis dan interprrtif, juga ada penelitian kritikal. Yang terakhir ini tujuannya adalah memberikan kritik sosial, yang dilandasi nilai-nilai, yang menurut saya paling sulit dilakukan. Selain harus mengetahui bidang yang dikaji secara sangat mendalam, kita juga harus menghadirkan alternatif pemikiran dengan argumentasi yang kuat. Jadi, tidak semua penelitian yang ‘asal kritik’ bisa masuk dalam kategori ini. Ke depan, insya Allah, akan saya tulis 1-2 tulisan tentang penelitian ini Mas.

      Nuwun untuk idenya Mas Unik.

      • Mitra Unik said:

        wah ..sangat ditunggu untuk tulisan berikutnya…
        terimaksih pak… 🙂

  2. Sukriadi said:

    Assalamu Alaikum WR. WB.
    Semoga Pak Fatul dan Keluarga dalam lingdungan Allah SWT.
    Sebelum saya bertanya, Sy perkenalkan diri Nama Saya Sukriadi Mahasiswa Magister Teknik Informatika UII Semester 1.
    Berkenaan dengan metode, teknik atau trik untuk menulis dan menyusung Proposal tesis, Pertanyaan Saya :
    1. Bagaimana menuangkan sebuah ide dalam bentuk tulisan.
    2. Bagaimana mengembangkan ide tersebut.
    Maaf Pak karen pertanyaannya terlalu banyak, Karena sy punya tujuan khusus selain dari tesis, sy berharap suatu saat bisa menyusung buku Pemograman.
    Terimakasih.

  3. Ruuhwan said:

    Assalamu’alaikum Wr. Wb.
    Pak, bagaimana cara membuktikan kebenaran hasil temuan penelitian bahwasanya temuan itu lebih baik dari temuan sebelumnya sehingga hasil temuan itu dapat diakui?
    Kalo bisa, request tulisan yang fokus membahas tentang pembuktian kebenaran hasil temuan penelitian itu supaya saya lebih mengerti..
    Trims, Wassalamu’alaikum

    • Fathul Wahid said:

      Wa’alaikumussalam, Kalau artikel khusus itu nampaknya saya tidak punya Mas. Yang njenengan maksud ‘lebih baik’ apa? Paramaternya harus jelas. Tanpa parameter yang jelas, akan sulit membandingkan. Hal ini sangat umum dalam penelitian positivist, apalagi yang melibatkan eksperimen atau desain artifak (metode dll).

  4. Abdul Rohman S. said:

    Assalamu’alaikum…
    Pak Fathul…sepertinya sudah banyak topik atau tema yang dibahas di blog bapak, tapi saya punya sedikit usul pak, bagaimana kalau bapak membahas “sedikit” tema tentang “penelitian/penemuan baru”, karena sepengetahuan saya dan saya juga masih bingung pak, yang dimaksudkan dengan penelitian baru (belum pernah ada yang melakukan penelitian) itu seperti apa, karena ketika kita melakukan penelitian dan kita juga mereview jurnal atau penelitian sebelumnya itu bukan penelitian baru, tetapi mengembangkan dari penelitian sebelumnya, dan ketika kita melakukan penelitianpun kita diharuskan untuk merujuk atau mengkaji penelitian sebelumnya yang serupa, bukankah itu kita termasuk mengembangkan penelitian sebelumnya pak, bukan menemukan, walaupun dibedakan dari segi metode ataupun objek yang kita teliti.
    Terimakasih pak….
    Wassalamu’alaikum…

  5. sugeng ndhalu pak fatul…………………
    kalau boleh saya mengusulkan dalam blog ini mgkn di tembah …………….

    1. topik judul2 penelitian yang menarik
    2. penelitian – penelitian yang bersedan populer yang bisa di jadikan tema penelitian selanjutnya
    3. perkembangan penelitian2 sekrang ini

    ^_^

    • Fathul Wahid said:

      Wah usulan yang bagus Mas Mei Prabowo, tetapi otak saya tidak cukup untuk menangani itu. Kalau dituliskan juga yang sesuai dengan bidang minat saya, dan itu pun biasanay sudah saya terbitkan di jurnal atau dipresentasikan di konferensi. 🙂

      Jika memang ingin, bisa mulai melakukan literature review yang komprehensif sesuai dengan bidang minatnya.

Tinggalkan komentar