Arsip

Monthly Archives: September 2012

Ketika mengirimkan artikel ke sebuah jurnal, salah satu komentar yang saya terima dari reviewer adalah ‘offer conclusions and NOT a summary‘ (‘NOT’ ditulis dengan huruf kapital). Adakah yang salah dengan bagian kesimpulan yang saya tulis? Saya buka kembali bagian tersebut. Aha! Setelah diperbaiki, termasuk juga bagian lain sesuai dengan saran reviewer, artikel tersebut akhirnya diterima untuk dipublikasikan di Transforming Government: People, Process and Policy (forthcoming).

Tidak jarang menulis bagian kesimpulan cukup sulit. Jangan sampai bagian ini menjadikan artikel ke fase anti-klimaks. Seharusnya bagian ini ditutup dengan ‘a good unbeat ending‘ (Walsham, 2006). Ingin tahu kalimat terakhir Walsham (2006) dalam bagian kesimpulan? ‘However, whether you like the paper is your choice, and not within my control‘ (Walsham, 2006: 329). Untuk dapat menulis kalimat dengan kepercayaan tingkat tinggi ini, nampaknya kita perlu membuktikan bahwa kita mempunyai legitimasi untuk melakukannya. 🙂 Read More

Analisis data kuantitatif dalam penelitian positivis yang melibatkan kuesioner terkadang terlihat sepele. Ada buku dan manual yang bisa diikuti, dan yada… semuanya terlihat sempurna. Ada tabel dan angka yang bisa disalin-dan-ditempel dalam laporan atau artikel. Benarkan demikian? Belum tentu.

Ada banyak kesalahan yang saya jumpai ketika membaca beragam dokumen ilmiah, baik itu skripsi atau tesis mahasiswa maupun artikel. Berdasar pengalaman yang terbatas ini, saya mengidentifikasi beberapa kesalahan yang sering terjadi dalam analisis data kuantitatif dari kuesioner. Kesalahan juga kadang terkait dengan formulasi pertanyaan dalam kuesioner. Read More

“Jika data kita ‘siksa’ cukup lama, maka dia akan menceritakan ‘kebenaran'” – sumber tidak diketahui

Ketika makan siang di kantin, bersama kolega senior saya, kita mendiskusikan penelitian. Mahasiswi doktoral bimbingan dia juga bergabung. Sambil berdiskusi ringan, dia menceritakan baru saja pulang dari India untuk mengumpulkan data. Saya tanya, “Berapa banyak data yang kamu dapatkan?”. “Ya, sekitar segini”, jawabnya sambil menunjukkan dengan kedua telapan tangaan. Dugaan saya, transkrip wawacara yang dilakukan setebal 800 halaman. Pertanyaannya kemudian, bagaimana menganalisisnya?

Menganalisis data adalah proses memaknainya. Bagi saya, menganalisis data juga proses menggali cerita yang terpendam dalam data. Menganalisis adalah proses ‘memeras’ data sehingga keluar intinya, atau proses ‘menyiksa’-nya sehingga ‘mengaku’. 🙂 Read More